Wisata Adventure [Puncak Gunung Tampomas Sumedang]
Wisata Sejarah [Gunung Kunci Sumedang]
Wisata Keluarga [Bale ISANZE]
Konsep Wisata Ramah Lingkungan [Aksi Bersih Tampomas]
Doel Sumbang - Sumedang
Wisata Kasumedangan adalah konsep pariwisata Sumedang yang
mencakup Wisata Sejarah, WisataAdventure dan Wisata Keluarga. Mengingat
potensi Kabupaten Sumedang yang sarat akan nilai budaya dan sejarah menjadi
alasan untuk mengembangkannya. Kepedulian kami terhadap Sumedang sebagai kota
kelahiran sangat besar. Kami menawarkan konsep yang berbeda dengan konsep
pariwisata pada umumnya. Sebuah konsep Konservasionis atau Wisata Ramah
Lingkungan. Disetiap perjalanan yang kami pandu diharuskan untuk tidak membuang
sampah sembarangan dan diselingi menanam pohon minimal satu pohon untuk satu
orang. Salah satu cara menanamkan kepedulian terhadap alam dengan menetapkan
ketetuan seperti itu. Dikarenakan isu lingkungan yang telah menjadi nyata
keberadaannya kami merasa ingin mengajak para wisatawan untuk mencintai dan
menjaga objek wisata yang dikunjungi. Disamping itu kami ingin memperkenalkan
Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS) kepada wisatawan domestic maupun luar.
Salah satu langkah pelestarian kebudayaan, sejarah dan lingkungan. Wisata
Kasumedangan terbagi menjadi tiga yaitu Wisata sejarah ; memperkenalkan
tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Sumedang sebagai ilmu pengetahuan atau
bahan penelitian bagi wisatawan, Wisata Adventure ; melakukan
petualangan-petualangan dengan mendaki gunung, susur sungai, dan mengunjungi
air terjun tanpa mengesampingkan kelestarian alam sebagai dasar Wisata Ramah
Lingkungan, Wisata Keluarga ; mengunjungi tempat-tempat wisata kuliner,
padepokan, dan wisata-wisata lainnya yang cocok untuk melakukan pertemuan
keluarga. Semoga dengan adanya Wisata Kasumedangan dapat mempermudah dan
memperlancar wisatawan sebagai tamu maupun masyarakat Sumedang sebagai tuan
rumah dalam mencapai tujuan masing-masing. Tujuan utama Wisata Kasumedangan
adalah mempererat tali silaturami dan meningkatkan ekonomi mesayarakat sumedang
dengan memberikan peluang kepada pengrajin untuk menjual karya-karyanya kepada
wisatawan. Pergerakan kecil kami adalah bentuk nyata kepedulian terhadap Kabupaten
Sumedang.
abank sumedang
Jalan Cut Nyak Dhien 119
Sumedang Selatan
[085294562194]
Sumedang sebuah kota yang dihapit hamparan pegunungan. Mulai dari Gunung Manglayang, Gunung Geulis, Gunung Cakrabuana, Pegunungan Kareumbi, dan Kawasan Gunung Tampomas. Begitu banyak keindahan alam di kota Sumedang. Seperti di Kawasan Gunung Tampomas yang memiliki banyak keindahan panorama alamnya. Belum banyak orang yang mengetahui keindahan alam Gunung Tampomas secara menyeluruh. Hanya kerusakan alamnya saja yang mereka ketahui. Ada keindahan yang tersembunyi selain panorama dari puncak Tampomas. Sebuah tebing indah yang kita sebut Gunung Karang. Salah satu tempat paling indah di kota Sumedang. Keindahan struktur bebatuan menjadikan tebing terlihat seperti bekas letusan gunung. Tebing yang memanjang sekitar 500 meter dengan ketinggian sekitar 100 meter. Dalamanya cerukan yang menyerupai sebuah kawah purba. Ada Goa Rembes tepat berada di ujung tebing. Tempat itu sering dijadikan sumber air bagi hewan-hewan hutan seperti monyet dan lutung. Gunung Karang masih berada di Kawasan Gunung Tampomas, Kab. Sumedang, Kec. Cimalaka, Desa. Cibeureum. Diduga tebing-tebing di Gunung Karang adalah bekas letusan Gunung Tampomas sebelum zaman prasejarah. Dengan cerukan yang sangat dalam menyerupai kawah purba. Gunung Karang sangat cocok untuk berkemah. Tempat perkemahan yang berada di atas tebing menjadikan suasana sedikit mencekam. Untuk sampai ke Gunung Karang kita akan melewati penggalian pasir Cibeureum, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), hutan pinus, dan tebing-tebing bebatuan. Jalur Cibeureum yang kita pilih hampir sama dengan jalur menuju Puncak Tampomas. Hanya 2 jam perjalanan untuk mencapai Puncak Gunung Karang.
Menurut Sang Juru Kunci “Gunung Karang tempat yang lumayan angker. Kita harus sangat hati-hati dengan batu-batu tebingnya yang terkadang licin”
“Dulu juga ada mahasiswa yang pergi bermalan di puncak dan meninggal terpeleset ke dasar tebing karena kurang hati-hati” ujarnya
Akan tetapi tempatnya sangat cocok bagi yang menyukai tantangan. Memaju adrenalin dengan berkemah diatas tebing yang sangat curam. Gunung Karang menyuguhkan banyak keindahan. Diantaranya Puncak Tampomas dan Puncak Ciremai yang terlihat jelas dan sangat memanjakan mata. Terdapat flora dan fauna yang masih terjaga kelestariannya. Gunung Karang sebuah panorama alam yang tersembunyi. Masih banyak lagi tempat-tempat indah yang belum terjamah di Kawasan Gunung Tampomas.. Belum banyak orang yang mengunjungi Gunung Karang, bahkan tidak mengetahui sama sekali tentang keberdaan Gunung Karang. Tiket masuk gratis karena di Kawasan Gunung Tampomas tidak terdapat Pos Pendakian. Disarankan bila ingin mengunjungi Gunung Karang harus didampingi orang yang berpengalaman dalam kegiatan alam bebas dan selalu mematuhi pantangan-pantangannya. Disarankan memilih jalur penggalian pasir Cibeureum, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang.
Curug Sabuk (11/03) termasuk tempat paling populer di
kalangan penggiat alam bebas. Suasana yang asri dan lestari menjadikan tempat
ini layak untuk dikunjungi. Secara geografis Curug Sabuk terletak di Desa.
Sukajaya Kec. Sumedang Selatan dan merupakan bagian dari Kawasan Pegunungan
Kareumbi. Ada banyak jalur menuju Curug Sabuk. Jalur yang sering digunakan
yaitu dari Desa. Margamekar Kec. Sumedang Selatan. Disetiap jalur memiliki
medan bervariasi dengan tanjakan dan turunan yang cukup menguras tenaga.
Perjalanan menuju curug memakan waktu sekitar 3 jam. Pertama-tama kita akan
melewati areal persawahan, hutan pinus, kebun salak, dan diperjalanan akan
menyebrangi dua sungai yang airnya sangat jernih. Kondisi Curug Sabuk sangat
berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Sekarang kondisinya kembali asri,
lestari dan jalurnya sedikit tertutup. Dulu merupakan tempat wisata yang sangat
komersil. Di areal curug terdapat warung yang dikelola para pemuda Desa.
Margamekar dan menyediakan kebutungan para pengunjung. Kawasan Curug Sabuk
sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan outdoor. Disana terdapat area camping yang
tersusun rapi menyerupai taman. Kita bisa membuka tenda dan menikmati dua curug
indah yang berdampingan. Kedua curug mempunyai ketinggian yang hampir sama
yaitu sekitar 60 meter. Sumber airnya sangat jernih dan dimanfaatkan warga
untuk perairan irigasi sawah di pedesaan.
Menurut Pak Kusman sebagai petani “ Debit air yang
dihasilkan curug semakin hari semakin berkurang karena faktor penebangan liar
yang merajalela di daerah Pegunungan Kareumbi”
“Curug Sabuk dulu pernah dijadikan tempat persembunyian para
teroris dan imbasnya pengunjung curug semakin berkurang karena suasana curug
yang mencekam” pungkas Sang Juru Kunci
Tetapi kita tak perlu takut untuk berkunjung ke Curug Sabuk.
Tempat indah yang patut dikunjungi para petualang alam bebas. Serta masih
banyak tempat-tempat menarik di sekitar curug seperti Makam Keramat yang tepat
berada diatas Curug Sabuk dan jika beruntung diperjalanan kita akan bertemu
hewan-hewan langka seperti lutung, monyet dan kucing hutan. Jika kita ingin
mengnjungi Curug Sabuk disarankan untuk melapor ke warga setempat tentang
kegiatan kita dan mematuhi pantangan-pantangan yang diyakini warga setempat.
Sedikit informasi ini semoga membantu anda jika menginginkan berkunjung ke Kabupaten Sumedang,
abank.sumedang Jalan Cut Nak Dhien 119 [085294562194]
Kata Sumedang berasal dari “inSUn MEdal insun maDANGan”, Insun artinya saya Medal artinya lahir Madangan artinya memberi penerangan jadi kata Sumedang bisa berarti “Saya lahir untuk memberi penerangan”. Kalimat “Insun Medal Insun Madangan” terucap ketika Prabu Tajimalela raja Sumedang Larang I melihat ketika langit menjadi terang-benderang oleh cahaya yang melengkung mirip selendang (malela) selama tiga hari tiga malam. Kata Sumedang dapat juga diambil juga dari kata Su yang berarti baik atau indah dan Medang adalah nama sejenis pohon, Litsia Chinensis sekarang dikenal sebagai pohon Huru, dulu pohon medang banyak tumbuh subur di dataran tinggi sampai ketinggi 700 m dari permukaan laut seperti halnya Sumedang merupakan dataran tinggi.
II. ASAL MULA SUMEDANG
Asal mula Sumedang berasal dari Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih ( 678 – 721 M ) putra Aria Bima Raksa / Ki Balagantrang Senapati Galuh cucu dari Wretikandayun pendiri Kerajaan Galuh. Kerajaan Tembong Agung berada di Citembong Girang Kecamatan Ganeas Sumedang kemudian pindah ke kampung Muhara Desa Leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja. Pada masa Prabu Tajimalela ( 721 – 778 M ) putra dari Guru Aji Putih di bekas Kerajaan Tembong Agung didirikan Kerajaan Sumedang Larang. Sumedang Larang berarti tanah luas yang jarang bandingnya” (Su= bagus, Medang = luas dan Larang = jarang bandingannya).
Masa kejayaan Sumedang Larang pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun (1578 – 1601 M) ketika pada masa pemerintahan Pangeran Santri / Pangeran Kusumahdinata I raja Sumedang Larang ke-8 ayah dari Prabu Geusan Ulun pada tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedang Larang Pangeran Santri menerima empat Kandaga Lante yang dipimpin oleh Sanghiang Hawu atauJaya Perkosa, Batara DipatiWiradidjaya (Nganganan), Sangiang Kondanghapa, dan Batara Pancar BuanaTerong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas parabon untuk di serahkan kepada penguasa Sumedang Larang pada waktu itu dan pada masa itu pula Pangeran Angkawijaya / Pangeran Kusumadinata II dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda Padjajaran dan Raja Sumedang Larang ke-9. Ketika dinobatkan sebagai raja Prabu Geusan Ulun berusia + 23 tahun menggantikan ayahnya Pangeran Santri yang telah tua dan pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Wesaka 1501 Sakakala atau tanggal 8 Mei 1579 M kerajaan Pajajaran “Sirna ing bumi” Ibukota Padjajaran jatuh ke tangan pasukan Kesultanan Surasowan Banten
Yang akhirnya Sumedang mewarisi wilayah bekas wilayah Padjajaran dengan wilayahnya meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa PrabuPrabu Surawisesa dengan batas meliputi; Sungai Cipamali (daerah Brebes sekarang) di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat, Samudra Hindia sebelah Selatan dan Laut Jawa sebelah utara. Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan Banten, Jayakarta dan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasaannya, wilayah Sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang menjadi bagian Jawa Barat. sehingga Prabu Geusan Ulun mendapat restu dari 44 penguasa daerah Parahiyangan yang terdiri dari 26 Kandaga Lante, Kandaga Lante adalah semacam Kepala yang satu tingkat lebih tinggi dari pada Cutak (Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak + 9000 umpi. Pemberian pusaka Padjajaran pada tanggal 22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadinya Kabupaten Sumedang.
Peristiwa penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai Cakrawarti atau Nalendra merupakan kebebasan Sumedang untuk mengsejajarkan diri dengan kerajaan Banten dan Cirebon. Arti penting yang terkandung dalam peristiwa itu ialah pernyataan bahwa Sumedang menjadi ahli waris serta penerus yang sah dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran di Bumi Parahiyangan. Pusaka Pajajaran dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh Senapati Jaya Perkosa dari Pakuan dengan sendirinya dijadikan bukti dan alat legalisasi keberadaan Sumedang, sama halnya dengan pusaka Majapahit menjadi ciri keabsahan Demak dan Mataram.
III. DARI MASA KERAJAAN KE MASA KABUPATEN
Pada tahun 1601 Prabu Geusan Ulun wafat dan digantikan oleh putranya Pangeran Aria Soeriadiwangsa, pada masa Aria Soeriadiwangsa kekuasaan Sumedang Larang di daerah sudah menurun dan Mataram melakukan perluasan wilayah ke segala penjuru tanah air termasuk ke Sumedang. Pada waktu itu Sumedang Larang sudah tidak mempunyai kekuatan untuk melawan yang akhirnya Pangeran Aria Soeriadiwangsa pergi ke Mataram untuk menyatakan Sumedang menjadi bagian wilayah Mataram pada tahun 1620. Wilayah bekas kerajaan Sumedang Larang diganti nama menjadi Priangan yang berasal dari kata “Prayangan” yang berarti daerah yang berasal dari pemberian yang timbul dari hati yang ikhlas dan Pangeran Aria Soeriadiwangsa diangkat menjadi Bupati Sumedang pertama dan diberi gelar Rangga Gempol I (1601 – 1625 M). Sumedang menjadi bagian dari wilayah Mataram karena Pangeran Aria Soeriadiwangsa I mengganggap ; 1. Sumedang sudah lemah dari segi kemiliteran, 2. menghindari serangan dari Mataram karena waktu itu Mataram memperluas wilayah kekuasaannya dari segi kekuatan Mataram lebih kuat daripada Sumedang dan 3. menghindari pula serangan dari Cirebon dan VOC. Sultan Agung kemudian membagi-bagi wilayah Priangan menjadi beberapa Kabupaten yang masing-masing dikepalai seorang Bupati, untuk koordinasikan para bupati diangkat seorang Bupati Wadana. Pangeran Rangga Gempol I adalah Bupati Sumedang yang merangkap sebagai Bupati Wadana Priangan pertama (1601 – 1625 M).
Yang akhirnya wilayah Sumedang Larang pada masa Prabu Geusan Ulun menjadi wilayah Sumedang sekarang. Berakhirlah sudah kerajaan Sunda terakhir Sumedang Larang di Jawa Barat Sumedang memasuki era baru yaitu Kabupaten pada tahun 1620 sampai sekarang. Sejak menjadi Kabupaten, Bupati yang memimpin Sumedang sampai tahun 1949 merupakan keturunan langsung dari Prabu Geusan Ulun (lihat masa pemerintahan) tetapi pada tahun 1773 – 1791 yang menjadi Bupati Sumedang adalah Bupati penyelang / sementara dari Parakan Muncang. Menggantikan putra Bupati Surianagara II yang belum menginjak dewasa Rd. Djamu atau terkenal sebagai Pangeran Kornel.
IV. LETAK IBUKOTA KERAJAAN DAN KABUPATEN ( 678 – 1706 M )
BEKAS IBUKOTA KERAJAAN
No.
NAMA TEMPAT
TAHUN
MASA PEMERINTAHAN
KETERANGAN
1.
Tembong Agung – Leuwi Hideung Darmaraja
678 – 893
- Prabu Guru Aji Putih
- Prabu Tajimalela.
- Prabu Lembu Agung
- Raja Tembong Agung.
- Raja Sumedang Larang 1
- Raja Sumedang Larang 2
2.
Ciguling – Pasanggrahan Sumedang Selatan
893 – 1530
- Prabu Gajah Agung.
- Prabu Pagulingan.
- Sunan Guling.
- Prabu Tirtakusumah.
- Nyi Mas Patuakan
- Raja Sumedang Larang 3
- Raja Sumedang Larang 4
- Raja Sumedang Larang 5
- Raja Sumedang Larang 6
- Raja Sumedang Larang 7
3.
Kutamaya – Padasuka
1530 – 1578
Ratu Pucuk Umum / Pangeran Santri
- Raja Sumedang Larang 8
4.
Dayeuh Luhur – Ganeas
1578 – 1601
Prabu Geusan Ulun
- Raja Sumedang Larang 9
BEKAS IBUKOTA KABUPATIAN
No.
NAMA TEMPAT
TAHUN
MASA PEMERINTAHAN
1.
Tegal Kalong – Sumedang Utara
1601 – 1625
Rangga Gempol I.
2.
Canukur Sukatali – Situraja
1601 – 1625
Rangga Gede
3.
Parumasan
1625 – 1633
Rangga Gede.
4.
Tenjo Laut Cidudut – Conggeang
1633 – 1656
Rangga Gempol II
5.
Sulambitan – Sumedang Selatan
1656 – 1706
Pangeran Panembahan
6.
Regol Wetan – Sumedang Selatan
1706 – sekarang
Dalem Adipati Tanumadja
MASA PEMERINTAHAN
RAJA DAN BUPATI SUMEDANG
I. MASA KERAJAAN.
1. Prabu Guru Aji Putih (Raja Tembong Agung) 678 – 721
2. Batara Tuntang Buana / Prabu Tajimalela. 721 – 778
3. Jayabrata / Prabu Lembu Agung 778 – 893
4. Atmabrata / Prabu Gajah Agung. 893 – 998
5. Jagabaya / Prabu Pagulingan. 998 – 1114
6. Mertalaya / Sunan Guling. 1114 – 1237
7. Tirtakusuma / Sunan Tuakan. 1237 – 1462
8. Sintawati / Nyi Mas Ratu Patuakan. 1462 – 1530
9. Satyasih / Ratu Inten Dewata Pucuk Umum 1530 – 1578
( kemudian digantikan oleh suaminya Pangeran Kusumadinata I / Pangeran Santri )
10. Pangeran Kusumahdinata II / Prabu Geusan Ulun 1578 – 1601
II.MASA BUPATI PENGARUH MATARAM.
11. Pangeran Suriadiwangsa / Rangga Gempol I 1601 – 1625
12. Pangeran Rangga Gede / Kusumahdinata IV 1625 – 1633
13. Raden Bagus Weruh / Pangeran Rangga Gempol II. 1633 – 1656
14. Pangeran Panembahan / Rangga Gempol III 1656 – 1706
III.MASA PENGARUH KOMPENI VOC.
15. Dalem Adipati Tanumadja. 1706 – 1709
16. Pangeran Karuhun / Rangga Gempol IV 1709 – 1744
(Bupati terakhir keturunan langsung leluhur Sumedang)
SEJARAH MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN.
Awal berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun, diawali berdirinya “Yayasan Pangeran Aria Soeria Atmadja (YAPASA)”, yayasan yang mengurus, memelihara dan mengelola barang – barang wakaf Pangeran Aria Soeria Atmadja Bupati Sumedang 1882 – 1919. Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut YAPASA merencanakan untuk mendirikan Museum. Pada tahun 1973 YAPASA berubah nama menjadi Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) dan didirikan sebuah Museum yang bernama Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang.
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS.
Gedung pertama yang dipakai sebagai Museum adalah Gedung Gendeng
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk memberi nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun”